UNESCO Tetapkan Hari Lahir AA Navis Jadi Perayaan Internasional



AA Navis. (ist) 




PADANG - UNESCO menetapkan hari kelahiran Tokoh Sastrawan Indonesia, AA Navis menjadi hari perayaan internasional. Penetapan itu bersamaan dengan penetapan hari lahir tokoh pahlawan Indonesia lainnya, Keumalahayati, pejuang perempuan asal Aceh.

Penetapan hari lahir kedua tokoh ini menjadi perayaan internasional seperti diwartakan detik.com  diumumkan oleh Direktur Jenderal UNESCO pada hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO pada 22 November 2023 di Paris, Prancis. Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Plenary Report dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42.

AA Navis lahir di Padangpanjang, Sumatra Barat, 17 November 1924 lalu. Pria dengan nama asli Ali Akbar Navis ini merupakan sulung dari 15 bersaudara. 

Dia adalah seorang penulis dan budayawan terkemuka Indonesia. AA Navis menghasilkan sejumlah besar publikasi dan bekerja menjadi guru bagi penulis lain selama hidupnya. 

Seperti dituliskan detik.com, sejak kecil AA Navis  hobi membaca, salah satunya majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat langganan orang tuanya. Navis tumbuh menggemari cerita pendek (cerpen) dan cerita bersambung (cerbung).

Tahu anaknya senang membaca, ayahnya, Sutan Marajo Sawiyah, membelikan Navis buku bacaan yang ia suka. Buku-buku bacaan menjadi bekal ia meniti karier kepenulisan dan sastra di usia 20-an tahun, hingga karyanya mulai diakui di usia 30-an.

Penulis Robohnya Surau Kami ini kelak dikenal dengan cerpen, naskah sandiwara kritik, dan esainya. Ia berupaya menyoroti kelemahan cerpen Indonesia dan mencari kekuatan cerpen asing. Kritikus sastra asal Belanda, Andries Teeuw, menilai Navis sebagai pengarang Angkatan Baru yang menyuarakan Sumatera di tengah pengarang Jawa.

Peraih Hadiah Sastra South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1992) ini menggeluti sastra sambil menghidupi keluarga sebagai pemimpin redaksi Semangat, harian angkatan bersenjata di Padang, dan lain-lain.

Istrinya, Aksari Yasin, membantu Navis dengan mendampingi dan membaca tulisannya. Reaksi Aksari menjadi tolok ukur apakah tulisannya sudah sesuai dengan keinginannya atau belum.

Pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis (1924-2003) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.


Sementara itu, ada tiga hal yang menjadi pertimbangan UNESCO menetapkan hari lahir dua tokoh Indonesia ini menjadi Hari Internasional.

Pertama. tahun kelahiran atau kematian tokoh  terkait dengan cita-cita dan misi organisasi dalam bidang pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan kemanusiaan.

Kriteria kedua yaitu komunikasi. Dalam kriteria ini, usulan mempertimbangkan keterwakilan gender. Hanya usulan anumerta yang dapat diajukan.

Keriteria ketiga yakni mengandung peristiwa universal. Usulan minimal didukung oleh dua negara, memiliki dampak besar bagi negara atau dunia, dan sebagainya. (*/yuni)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku Pulang Bagai Pahlawan

Prajurit Yonif 133 Yudha Sakti Tewas Diserang KKB di Papua Barat