Kepala Puslitbang BIN di UNP, Butuh Inovasi dan Peranserta Akademisi Atasi Bencana


BERSAMA -Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Badan Intelejen Negara (BIN) , Dr. rer.nat.Armi Susandi,MT., bersama Rektor UNP, Prof. Ganefri, PhD., dan civitas akademika lainnya.(yuni)




Padang - Universitas Negeri Padang (UNP) terus berkomitmen melahirkan lulusan terbaik. Salah satunya dengan memberikan pembekalan sejak mahasiswa memulai masuk kampus lewat Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). 

Jumat (18/8/2023) PKKMB di auditorium UNP  menghadirkan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Badan Intelejen Negara (BIN) , Dr. rer.nat.Armi Susandi,MT., yang memberikan motivasi kepada mahasiswa dengan penuh semangat. Dia tak hanya memaparkan materi tentang "Sistem Informasi Kebencanaan dan Ketahanan Nasional" tapi juga besarnya peran BIN dalam menjaga bangsa dan negara ini dari berbagai ancaman, termasuk bencana alam.

Armi yang urang awak ini menyebutkan, potensi bencana alam di Indonesia sangat besar. Hingga tahun 2023 ini saja, sudah terjadi 2.585 kejadian bencana, terutama longsor, banjir hingga gempa. Hanya saja, bencana paling besar adalah bencana hidrometrologi. 

Ironisnya, dari 514 kabupaten kota di Indonesia, baru 31 kabupaten kota yang terkategori siap menghadapi ancaman bencana. Sisanya masih rendah. 

Sumatra Barat disampaikannya berada pada posisi 13 daerah dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi. Berdasarkan prediksi Badan Intelejen Negara hingga pertengahan tahun ini telah terjadi 30 persen peningkatan jumlah bencana di daerah ini dibandingkan tahun 2021 dan 2022. Bahkan, pada Desember 2023 mendatang diperkirakannya akan melebihi dari tahun lalu. "Mengapa BIN juga konsen pada masalah bencana? Jawabannya karena bencana itu suatu ancaman yang bisa memberi dampak yang sangat luar biasa," sebutnya.

Sesuai Undang-Undang 17 Tahun 2011, BIN  sebagai garda terdepan dalam menghadapi ancaman, termasuk bencana alam. Bencana sebutnya, akan merusak ketahanan nasional, mengganggu ketertiban, keamanan manusia di dalam negeri dan juga pertahanan negara. "Makanya, kita juga  konsen dalam mengatasi bencana ini. Potensi dan multiflier effect dari bencana itu besar sekali. Jadi jangan kira bencana, tunggal dampaknya, tapi ada kerugian-kerugian lain, diantaranya kerugian moril dan materil atau masalah ekonomi," ujarnya. 

Dampak lebih besarnya kata Armi, akibat  bencana bisa terjadi pergantian kepemimpinan. Di Indonesia, itu pernah terjadi pada 1997 dan 1998 dimana saat tersebut terjadi el nino yang berdampak kekeringan dan dilanjutkan dengan bencana banjir. Akibatnya, gagal panen dan terjadi kelaparan. Pada akhirnya meruntuhkan rezim orde baru yang sudah berkuasa selama 32 tahun. 

Di luar negeri, kekuasaan Presiden Srilanka terguling akibat rakyat yang kelaparan berdemontrasi, lalu Jepang yang dinilai rakyatnya tidak bisa mengatasi tsunami dengan maksimal menyebabkan perdana menterinya mengundurkan diri. Begitu juga dengan Iran, yang masyaratnya juga berdemo karena menilai pemerintah tak becus mengatasi bencana.



Prediksi gempa

Untuk itu menurutnya, dibutuhkan inovasi sebagai bagian dari kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. BIN lanjutnya terus berinovasi. Salah satu hasil penelitian Puslitbang BIN yang mengejutkan adalah berhasil memprediksi gempa. Sayangnya diakui Armi, informasi itu belum bisa diakses umum, tapi hanya baru untuk satu orang, yakni Presiden RI. "Jadi sejak Januari 2023 kita sudah  65 persen  bisa memprediksi gempa. Cuma infonya tidak buat umum, baru khusus untuk satu orang, yaitu presiden," sebutnya. 

Bila demikian, ini jelas mematahkan anggapan yang selama ini kehadiran gempa tak bisa diprediksi. "Satu teknologi prediksi gempa yang kata orang tidak mungkin, tapi bagi kami di BIN tidak bisa tidak, harus kami lakukan karena itu perintah Pak Ka BIN," tegasnya. 

Kepiawaian jajaran Puslitbang BIN dalam memprediksi berbagai hal diakui Armi karena BIN sejak lama sudah memanfaatkan kecanggihan teknologi, diantaranya AI atau artifisial intellegence atau kecerdasan buatan. "Pengembangan yang kita lakukan semuanya dengan bigdata, baik yang diakses secara legal maupun ilegal, sehingga kita bisa mengembangkan informasi publik dengan yang tercanggih dan tidak meleset," kata lulusan Jerman itu. 

Semua hal, termasuk bencana menurutnya harus bisa memprediksi ke depan. Bukan lagi sekedar monitoring. "Di BIN, kita tahu jika besok ada banjir atau longsor dengan tepat," katanya mencontohkan.

Untuk itu, BIN lanjutnya membutuhkan  SDM-SDM hebat. Makanya, dia mengajak dosen dan mahasiswa untuk berkolaborasi dengan pihaknya. "Untuk mahasiswa, jika mempunyai kapasitas bagus, bahasa Inggris bagus, kemampuan Matematika  bagus, kemampuan mempelajari coding bagus, kemampuan menganalis bagus, maka kami tunggu di Badan Intelejen Negara. Anda silahkan menghubungi kami dan kami beri tempat terbaik," ujarnya disambut tepuk tangan yang meriah.

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dan akademisi menurut mantan Dosen ITB ini, memiliki peran untuk ketahanan bencana. Salah satunya mengedukasi penduduk agar semakin melek pada bencana, supaya tentu saja saat bencana datang, mereka bisa menyelamatkan diri. 

Rektor UNP, Prof. Ganefri, PhD., mengaku takjub dengan temuan-temuan yang dikemukakan Kepala Puslitbang BIN tersebut. Makanya, tak salah kiranya dia telah menghadirkan Kepala Puslitbang BIN memberikan motivasi kepada ribuan mahasiswanya "Rencana ke depan, kita memang akan melakukan kerjasama dengan BIN, terutama dalam masalah bencana, " pungkasnya. (Y)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku Pulang Bagai Pahlawan

Prajurit Yonif 133 Yudha Sakti Tewas Diserang KKB di Papua Barat

UNESCO Tetapkan Hari Lahir AA Navis Jadi Perayaan Internasional