Lewat Pacu Jawi Lestarikan Budaya, Tingkatkan Ekonomi Masyarakat
Pacu Jawi di Kelurahan Ikua Koto, Balai Nagari Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh. (ist) |
Payakumbuh, Tanahairkita-Festival Budaya Pacu Jawi 2022 sukses digelar di Kelurahan Ikua Koto, Balai Nagari Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh pada Senin hingga Selasa (4-5/7) lalu. Kesuksesan itu tak terlepas dari dukungan dan pendanaan ratusan juta dari anggaran pokok pikiran (Pokir) Anggota Komisi II DPRD Sumbar, Nurkhalis Datuak Bijo Dirajo,SPt., yang dikucurkan lewat Dinas Pariwisata Sumbar.
Nurkhalis mengatakan, pemilihan lokasi pagelaran budaya di kelurahan itu dilakukan agar masyarakat setempat dapat menikmati dampak ekonomi dari pelaksanaan festival. Apalagi, warga juga terlihat sangat antusias menikmati pagelaran budaya yang dihelat dengan melibatkan event organizer (EO) Madina Cipta Kreasi tersebut.
Festival Pacu Jawi yang kerap digelar di Nagari Koto Nan Godang ini merupakan kegiatan budaya anak nagari yang memiliki nilai historis panjang bagi masyarakat Minangkabau. Pesertanya biasanya berasal dari Luhak Nan Tigo. "Pacu Jawi di Luhak Nan Tigo memiliki ciri khas tersendiri dan tergolong langka. Itu terlihat para joki saat perlombaan ikut berlari dan tidak menunggangi jawi atau sapi yang berpacu. Hal ini diadopsi dari gaya membajak sawah yang ditiru dari nenek moyang," katanya.
Penyelenggaraan Pacu Jawi kali ini dilaksanakan atas permintaan dari salah seorang anggota Persatuan Olahraga Pacu Jawi (Porwi) Kota Payakumbuh. "Dengan pertimbangan prospek yang bisa menunjang ekonomi masyarakat lah, maka kami mengganggarkan dana untuk event ini meluai pos Pokir," terangnya.
Kedepan pihaknya berharap, Festival Pacu Jawi dapat terus diselenggarakan sebagai bagian dari kalender event pariwisata. Apalagi, budaya pacu jawi ini erat hubungannya dengan program desa wisata dan perlu mendapatkan perhatian yang luas. "Ikon wisata ini mesti dipertahankan karena bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, juga dapat menstimulus masyarakat menghasilkan bibit sapi unggul, agar bisa ikut berpacu dimasa akan datang," katanya.
Dia mengatakan ketika sapi memiliki performa yang bagus saat bertanding maka akan dilirik oleh orang, bahkan harga jual sapi tersebut akan tinggi. Lebih dari itu, pacu jawi juga akan mengatisipasi kelangkaan pupuk.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Sumbar diwakili Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Drs. Raymon, M.Pd., mengatakan, memasuki era new normal seperti saat ini, salah satu sektor wisata yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan ialah wisata budaya di alam terbuka. Hal tersebut lantaran kondisi terbuka membuat risiko lebih rendah saat berwisata di tengah pandemi.
Kota Payakumbuh dengan berbagai kekayaan alam dan budaya sejatinya katanya, dapat memanfaatkan hal tersebut untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata. "Festival Budaya Pacu Jawi selama dua hari berturut-turut ini di area persawahan ini dengan melibatkan 75 ekor sapi dan 75 orang joki," terangnya.
Dia mengapresiasi dan berterimakasih kepada Nurkhalis Dt. Bijo Dirajo, S.Pt., atas inisiatif melalui Pokir-nya dapat menyelenggarakan kegiatan Festival Budaya Pacu Jawi ini. "Niat baik beliau ingin mempromosikan atraksi budaya pacu jawi di Kota Payakumbuh yang merupakan salah satu potensi wisata," katanya.
Harapan dari terselenggaranya festival budaya itu dapat menarik wisatawan untuk menikmati budaya masyarakat dalam bentuk permainan tradisi turun temurun-temurun tersebut. "Pacu Jawi adalah permainan tradisional yang dilaksanakan sebagai bentuk puji syukur dan terima kasih petani seusai panen padi," jelasnya.
Festival berlangsung dengan baik dan meriah. Warga yang menonton tampak sangat antusias. Mereka memberikan semangat kepada sapi dan para joki yang bertanding, sehingga para joki pun berusaha untuk berpacu dengan cepat. (yuni)
Nurkhalis mengatakan, pemilihan lokasi pagelaran budaya di kelurahan itu dilakukan agar masyarakat setempat dapat menikmati dampak ekonomi dari pelaksanaan festival. Apalagi, warga juga terlihat sangat antusias menikmati pagelaran budaya yang dihelat dengan melibatkan event organizer (EO) Madina Cipta Kreasi tersebut.
Festival Pacu Jawi yang kerap digelar di Nagari Koto Nan Godang ini merupakan kegiatan budaya anak nagari yang memiliki nilai historis panjang bagi masyarakat Minangkabau. Pesertanya biasanya berasal dari Luhak Nan Tigo. "Pacu Jawi di Luhak Nan Tigo memiliki ciri khas tersendiri dan tergolong langka. Itu terlihat para joki saat perlombaan ikut berlari dan tidak menunggangi jawi atau sapi yang berpacu. Hal ini diadopsi dari gaya membajak sawah yang ditiru dari nenek moyang," katanya.
Penyelenggaraan Pacu Jawi kali ini dilaksanakan atas permintaan dari salah seorang anggota Persatuan Olahraga Pacu Jawi (Porwi) Kota Payakumbuh. "Dengan pertimbangan prospek yang bisa menunjang ekonomi masyarakat lah, maka kami mengganggarkan dana untuk event ini meluai pos Pokir," terangnya.
Kedepan pihaknya berharap, Festival Pacu Jawi dapat terus diselenggarakan sebagai bagian dari kalender event pariwisata. Apalagi, budaya pacu jawi ini erat hubungannya dengan program desa wisata dan perlu mendapatkan perhatian yang luas. "Ikon wisata ini mesti dipertahankan karena bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, juga dapat menstimulus masyarakat menghasilkan bibit sapi unggul, agar bisa ikut berpacu dimasa akan datang," katanya.
Dia mengatakan ketika sapi memiliki performa yang bagus saat bertanding maka akan dilirik oleh orang, bahkan harga jual sapi tersebut akan tinggi. Lebih dari itu, pacu jawi juga akan mengatisipasi kelangkaan pupuk.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Sumbar diwakili Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Drs. Raymon, M.Pd., mengatakan, memasuki era new normal seperti saat ini, salah satu sektor wisata yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan ialah wisata budaya di alam terbuka. Hal tersebut lantaran kondisi terbuka membuat risiko lebih rendah saat berwisata di tengah pandemi.
Kota Payakumbuh dengan berbagai kekayaan alam dan budaya sejatinya katanya, dapat memanfaatkan hal tersebut untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata. "Festival Budaya Pacu Jawi selama dua hari berturut-turut ini di area persawahan ini dengan melibatkan 75 ekor sapi dan 75 orang joki," terangnya.
Dia mengapresiasi dan berterimakasih kepada Nurkhalis Dt. Bijo Dirajo, S.Pt., atas inisiatif melalui Pokir-nya dapat menyelenggarakan kegiatan Festival Budaya Pacu Jawi ini. "Niat baik beliau ingin mempromosikan atraksi budaya pacu jawi di Kota Payakumbuh yang merupakan salah satu potensi wisata," katanya.
Harapan dari terselenggaranya festival budaya itu dapat menarik wisatawan untuk menikmati budaya masyarakat dalam bentuk permainan tradisi turun temurun-temurun tersebut. "Pacu Jawi adalah permainan tradisional yang dilaksanakan sebagai bentuk puji syukur dan terima kasih petani seusai panen padi," jelasnya.
Festival berlangsung dengan baik dan meriah. Warga yang menonton tampak sangat antusias. Mereka memberikan semangat kepada sapi dan para joki yang bertanding, sehingga para joki pun berusaha untuk berpacu dengan cepat. (yuni)
Komentar
Posting Komentar