Triwulan I 2023, Ekonomi Sumbar Tumbuh Lebih Baik Dari Tahun Lalu
SStaf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Perpajakan, Yon Arsal saat memaparkan tentang ekonomi nasional yang pada triwulan I sebesar 5,3 persen. (yuni) |
PADANG -Perekonomian Sumatra Barat triwulan I tahun 2023 tumbuh positif sebesar 4,8 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, angkanya mencapai Rp76,27 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp46,66 triliun.
Pertumbuhan ekonomi ini selain dampak positif optimalisasi peran APBN sebagai "shock absorber" juga diakui Kepala Kantor Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sumatra Barat, Syukriah, HG., dipengaruhi dengan meningkatnya aktivitas ekonomi karena persiapan Ramadhan dan Lebaran menyambut para perantau.
"Secara spasial, tren pertumbuhan positif terjadi di semua kawasan. Khusus di Sumatra Barat, ekonomi tumbuh positif karena optimalisasi peran APBN sebagai shock absorber, yakni menjadi instrumen penting yang memberikan dukungan terhadap penanggulangan krisis dan pemulihan ekonomi serta reformasi struktural," terangnya saat Konferensi Pers Mei 2023 di kantornya, Selasa (30/5).
Syukriah mengatakan, perekonomian Sumatra Barat menyumbang 7,01 persen terhadap perekonomian di Pulau Sumatra dan 1,53 persen terhadap perekonomian nasional.
Dari sisi lapangan usaha, struktur PDRB triwulan pertama didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 20,97 persen atau senilai Rp16 triliun.
Sedangkan berdasarkan komponen pengeluaran, struktur PDRB didominasi oleh konsumsi rumah tangga, dimana komponen ini memberikan kontribusi sebesar 51,83 persen atau senilai Rp39,53 triliun.
Di triwulan ini lanjutnya, konsumsi pemerintah berkontribusi sebesar 6,89 persen terhadap PDRB. "Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kontribusi pemerintah mengalami penurunan 1,07 persen," terangnya.
Kondisi ini katanya, terkait dengan pola realisasi belanja pemerintah, baik yang bersumber dari APBN maupun APBD yang masih terkontraksi di triwulan IV.
Deflasi
Secara tahunan, di triwulan I ini terjadi inflasi. Namun secara bulan ke bulan, pada April 2023 justru terjadi deflasi di daerah ini. Kelompok dominan yang menyumbang deflasi adalah transportasi sebesar 0,11 persen dan kelompok makanan, minuman dan tembakau memberi andil -0,18 persen.
Sementara angkutan kota (0,03 persen), minyak goreng (0,03 persen), daging ayam ras (0,03 persen), kendaraan rental (0,03%), dan emas perhiasan (0,02%) justru menjadi penyumbang inflasi.
Untuk pengendalian inflasi lanjutnya, TPID bersinergi mengendalikan harga dan memastikan ketersediaan pasokan dengan menyelenggarakan berbagai hal, termasuk menyelenggarakan operasi pasar dengan melibatkan Bulog dan Toko Tani Indonesia Center.
Sementara secara nasional kata Staf Ahli Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Perpajakan, Yon Arsal yang juga hadir pada kegiatan itu bersama sejumlah pejabat eselon I Kemenkeu, ekonomi nasional pada triwulan I tumbuh pada angka 5,3 persen.
Kondisi ini menurutnya sangat baik, baik dari sisi pengeluaran maupun produksi menunjukkan kondisi yang sangat baik. Dari sisi perpajakan, perekonomian nasional juga tumbuh signifikan. (yuni)
Sementara secara nasional kata Staf Ahli Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Perpajakan, Yon Arsal yang juga hadir pada kegiatan itu bersama sejumlah pejabat eselon I Kemenkeu, ekonomi nasional pada triwulan I tumbuh pada angka 5,3 persen.
Kondisi ini menurutnya sangat baik, baik dari sisi pengeluaran maupun produksi menunjukkan kondisi yang sangat baik. Dari sisi perpajakan, perekonomian nasional juga tumbuh signifikan. (yuni)
Komentar
Posting Komentar