Dosen FT UNP Dorong Peningkatan Produksi Minyak Serai Wangi di Mandeh dengan Teknologi Tepat Guna

  

Penyerahan alat ke penerima. (ist)


Padang - Tim dosen dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Padang (UNP) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Kenagarian Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Kelompok sasarannya adalah para petani serai wangi yang ada di Kampung Tangah.


Di sana, terdapat Perkebunan Serai Wangi milik masyarakat. Setidaknya ada sekitar 5 hingga 7 hektare masing-masingnya. Hanya saja, untuk pengembangan dan peningkatan ekonomi, para petani serai wangi ini masih mengalami berbagai kendala. “Berdasarkan identifikasi yang kami lakukan, budidaya tanaman serai wangi di Kenagari Mandeh, masih mengalami sejumlah kendala, mulai dari proses pengolahan tanah, penanaman dan pascapanen sebelum pengolahan menjadi minyak,” kata Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul “Peningkatan Nilai Jual Minyak Serai Wangi Melalui Pengolahan Minyak Serai Wangi untuk Petani Serai di Pesisir Selatan, Suci Andri, S.Pd.,MPd.T., kepada Singgalang di sela penyerahan alat.


Persoalan utama yang dihadapi petani serai adalah pascapanen, yakni pengolahan serai menjadi minyak. Para petani selama ini masih mengolah secara tradisional dengan memakai drum-drum yang dimodifikasi sendiri. Hasilnya belum maksimal, bahkan terkadang cenderung merugi dengan tingginya biaya produksi.


Padahal, kata Andri, potensi Minyak Serai Wangi ini sangat besar. Bahkan, berpeluang sebagai penghasil devisa negara. Saat ini, di pasaran harga minyak serai ini juga terbilang lumayan tinggi, yakni berkisar Rp200 ribu hingga Rp400 ribu per kilogramnya.


Berpijak dari itulah, dia dan rekan-rekannya dari Fakultas Teknik UNP yang tergabung dalam LP2M ini melakukan inovasi pembuatan alat pengolahan serai menjadi minyak serai wangi dengan peralatan modern. “Kami membuat inovasi untuk meningkatkan produksi minyak serai wangi.  Alat destilasi minyak serai wangi melalui proses penyulingan dengan uap panas yang bersumber dari aiar yang dididihkan dalam broiler,” jelas Suci Andri didampingi anggota timnya, Jusmardi, S.Kom.MPd.T., dan Erik Fernandes, SPd.MPd.T.


Peralatan penyulingan serai wangi yang dibuat para dosen ini memiliki konsep penguapan atau steam dengan rancangan berbentuk tabung dengan diameter 9500 X 1300 dengan kapasitas 200 kg. “Alat ini dapat menghasilkan minyak serai wangi sebanyak 2 kg dan membutuhkan waktu tiga hingga empat jam dalam satu kali pengolahan minyak serai wangi,” rincinya.


Dengan teknologi tepat guna yang dibuat para dosen diharapkan, dapat membantu percepatan pengolahan serai wangi dan meningkatkan produksi minyak serai wangi dengan waktu yang lebih cepat dari sebelumnya. Tentunya dengan hasil yang lebih maksimal dari sebelumnya. “Harapan kami nanti bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat agar lebih bersemangat membudidayakan tanaman serai wangi dan menjadi sumber penghidupan yang baik bagi para petani,” ulasnya.


Alat tersebut telah diserahkan ke Kelompok Tani Serai Harum Mandeh di Kampung Tangah, Sabtu (23/9) di hadapan Kepala Kampung Tangah, Deni Rahman. Kegembiraan terlihat dari wajah-wajah penerima.


Ketua Kelompok Tani Serai Harum Mandeh, Jafrizal mengaku senang mendapatkan bantuan peralatan tersebut. Selama ini katanya, pengolahan serai menjadi minyak di kebunnya belum dapat dilakukan secara maksimal. Selain sering terjadi kebocoran pada alat tradisional yang dimilikinya, lama waktu penyulingan juga menjadi kendala sendiri. Makin memprihatinkan dengan minimnya minyak yang berhasil diproduksi. “Kami menyuling dengan kayu bakar, kayu sekarang sulit dicari. Makanya, ke depan, kami minta kalau bisa ada alat penyulingan tanpa menggunakan kayu bakar,” harapnya.


Kepala Kampung Tangah, Deni Rahman juga tak kalah senang. Dia mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dosen UNP, khususnya dosen FT yang telah mengedukasi masyarakat di daerahnya. Juga telah membantu petani serai dalam memproduksi minyak serai wangi lewat pemberian alat penyulingan.


Dia berharap, kegiatan seperti ini terus berlanjut, terutama dalam bentuk lain, mengingat di sana mayoritas warga masih menggantungkan kehidupan dari laut. “80 persen masyarakat di Kenagarian Mandeh masih bergantung pada laut. Untuk itu,  diperlukan pengembangan di bidang pertanian, seperti serai wangi dan gambir demi peningkatan perekonomian warga,” ujarnya.


Dia menyebutkan, di Kenagarian Mandeh, terdapat tiga kampung, yakni Kampung Baru, Taratak, dan Tangah yang kini dipimpinnya. (yuni)


 


 


  




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku Pulang Bagai Pahlawan

Prajurit Yonif 133 Yudha Sakti Tewas Diserang KKB di Papua Barat

UNESCO Tetapkan Hari Lahir AA Navis Jadi Perayaan Internasional