Teknologi Tepat Guna Dosen UNP Bantu Pengelola Ikan Teri Terus Berproduksi
Padang - Dua tim dosen dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Padang (UNP) melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di Kenagarian Ampang Pulai, Kecamatan XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka menyerahkan dua alat yang sangat penting penunjang mata pencarian penduduk setempat.
Alat itu adalah inovasi dari dua tim dosen pengabdian kepada masyarakat yang masing-masing diketuai, Drs. Nelvi Erizon, MPd., dan Budi Syahri, SPd.,MPd.T. Kedua alat diserahkan kepada Kelompok Nelayan Kambeh Jaya yang dipimpin, Jhoni Fornandez, Selasa (12/9). Dua alat yang diserahkan adalah inovasi teknologi alat perebusan teri sistem uap dan oven pengering sistem udara panas.
Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat, Drs. Nelvi Erizon, MPd., mengatakan, pengabdian masyarakat adalah salah satu tugas para dosen dalam tridharma perguruan tinggi, selain pendidikan dan pengajaran. Dari itu, pengabdian kepada masyarakat yang mereka lakukan harus menyentuh persoalan yang sedang dihadapi warga. Arti kata, pengabdian masyarakat yang dilakukan menjadi solusi untuk masalah-masalah tersebut.
Seperti di Nagari Ampang Pulai dengan penduduk yang mengolah ikan menjadi ikan kering, sering terkendala cuaca untuk pengeringan, begitu juga perebusan ikan. Untuk perebusan, biasanya warga kesulitan mendapat kayu sebagai bahan bakar, sedangkan untuk pengeringan ikan, sering terkendala cuaca. Bila hujan acap turun, maka mereka akan kesulitan untuk mengeringkan ikan. "Sebagai dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik UNP, tentu kami menciptakan alat teknologi tepat guna sebagai solusi bagi masyarakat. Kedua alat yang diserahkan, diharapkan bisa meningkatkan produktivitas Kelompok Nelayan Kambeh Kaya," katanya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Pengabdian Masyarakat, Budi Syahri, SPd.,MPd.T. Kedua alat yang diserahkan bisa membantu masyarakat dalam pengolahan ikan teri menjadi lebih higienis dan kering dengan cepat. "Alat ini bisa dimanfaatkan untuk perebusan dan pengeringan ikan teri. Kami harapkan bisa menjadi pilot project bagi masyarakat lainnya," katanya yang didampingi juga anggota tim, Dr. Waskito, MT., Donny Fernandez, SPd.MS.c., Dr. Junil Adri, SPd.MPd.T., dan Drs. Yufrizal A.MPd.
Dr. Junil Adri menambahkan, alat yang dipakai menggunakan bahan "stainless steel" yang aman bagi makanan dan tidak mudah berkarat. Alat perebusan dengan sistem uap membuat proses perebusan sangat cepat bila dibandingkan dengan cara tradisional yang menggunakan kayu bakar dengan asap yang mengepul ke udara. Alat perebusan itu memakai gas LPG sebagai sumber api, sehingga tak ada asap yang mencemari udara.
Sedangkan alat pengeringan dengan sistem pengantar panas yang disalurkan ke pipa yang masuk ke blower, sehingga tidak membuat ikan menjadi bau. Pengeringan dengan alat ini akan membuat ikan jauh lebih higienis, karena tak terpapar langsung udara, debu, atau gangguan lainnya seperti saat pengolahan dengan cara tradisional. Terpenting lagi, jika hujan, maka pengolahan ikan akan tetap bisa dilakukan.
Wali Nagari Ampang Pulai, Efridinal menyambut baik dan berterima kasih atas perhatian para dosen dari UNP ini. "Kami dari pemerintah nagari berterimakasih kepada bapak-bapak dosen atas bantuan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini. Dengan bantuan itu bisa menjadi motivasi bagi para nelayan dan kami harapkan bantuan seperti ini terus berlanjut," harapnya.
Dia menyebutkan, di nagari itu terdapat sekitar 4800 jiwa atau 1109 KK. Sebanyak 312 orang adalah wajib pilih. "Mayoritas atau sekitar 80 persen penduduk dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Sisanya adalah pegawai negeri dan profesi lainnya," jelasnya.
Ketua Kelompok Nelayan Kambeh Jaya, Jhoni Fornandez juga berterimakasih kepada dua tim dosen dari LP2M UNP yang telah menciptakan dua alat tersebut untuk kelompoknya. Selama ini, pengolahan ikan teri di sana masih secara tradisional, yakni dimasak di atas tungku dengan pembakaran dari kayu. Terkadang mereka kesulitan mendapatkan kayu bakar. Sedangkan untuk pengeringan mereka masih mengandalkan panas matahari. Bila cuaca buruk, maka ikan sering tak kering dan berujung busuk. Tentu ini tidak bisa lagi dijual.
Di Kampung Kambeh ini sedikitnya setiap hari ada 500 Kg ikan teri yang berhasil diproduksi. Ikan-ikan itu kemudian dibeli pengumpul yang kemudian menjualnya lagi ke pasar-pasar di sekitar Pesisir Selatan dan Kota Padang. Terkadang bila produksi melimpah, ikan teri tersebut dijual ke Pulau Jawa. Di sana, ikan teri diolah tanpa menggunakan formalin atau pengawet. "Kami di sini hanya memakai garam, tak ada pengawet, apalagi formalin," tegasnya.
Jhoni mengaku siap merawat dengan baik bantuan yang diterimanya, sehingga bisa digunakan terus menerus. (yuni)
Alat pengering. (yuni) |
Komentar
Posting Komentar