Anakku Pulang Bagai Pahlawan
Ibunda Siska gantikan almarhum putrinya dalam wisuda periode 133. (yuni) |
PADANG- “Frengki.., mama pasti kuat, Nak,” teriak Yanti, Ibunda dari Frengki Chandra Kusuma dalam prosesi wisuda periode 133 Universitas Negeri Padang (UNP) di auditorium kampus itu, Senin (18/12). Frengki adalah salah seorang lulusan yang harusnya diwisuda kemarin. Namun, takdir berkata lain. Dia menjadi salah satu dari empat mahasiswa aktif UNP yang menjadi korban erupsi Gunung Marapi pada 3 Desember 2023 lalu.
Teriakan Yanti membahana di auditorium berkapasitas 5.000 orang itu. Suaranya mengiris hati, mengundang tangis dan deraian air mata yang hadir di sana. Semua orang menyeka matanya yang berair, turut larut dalam kesedihan. Yanti bersama suaminya, Jumrizal mendekap erat bingkai foto gagah anaknya, lulusan dari Program Studi (prodi) S1 Pendidikan Non Formal Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP.
Begitu juga ibunda dan ayahanda, Siska Afrina, wisudawati dari prodi yang sama yang juga menjadi korban dari letusan gunung setinggi 2.891 mdpl. Ayahnya, H. Mentas Wardi tampak tabah mendampingi isterinya, Murni yang terus tergugu menahan tangis dan air matanya yang tak berhenti turun membasahi pipi wanita berusia 58 tahun itu.
Dua lulusan itu adalah harapan besar orang tuanya. Tapi, tak ada yang bisa menolak takdir dari Sang Maha Khalik. Keduanya gugur diganasnya erupsi Gunung Marapi yang sudah berlevel waspada sejak tahun 2011 silam. “Tak ada yang bisa saya katakan. Waktu jenazah putri bungsu saya datang ke rumah, dia diantar seperti pahlawan,” tutur Mentas Wardi, ayah Siska Afrina menahan kesedihan.
Siska anak kelima dari lima bersaudara. Si bungsu itu kata ayahnya, suka sekali mendaki gunung. Soal hobinya tersebut, kelahiran Bendang, 1 April 2001 tersebut tak bisa dilarang. “Kalau sudah hobi, pasti ada saja cara untuk pergi,” cerita sang ayah soal kegemaran putrinya itu.
Wardi mengingat, pendakian Siska ke Marapi kali itu adalah yang ketiga kalinya. Ke Kerinci juga pernah dua kali. “Kalau ke Talang, saya kurang tahu,” kisahnya lagi.
Tapi, setiap kali mendaki, Siska kata Wardi selalu meminta izin. Tak sekalipun, dia melewatkan izin orang tuanya. Bahkan, pada hari Kamis sebelum hari naas, Siska sudah menyelesaikan seluruh urusannya, baik menuntaskan kontrakan rumah di sekitar kampus maupun persiapan wisudanya. “Janjinya Senin (4 Desember-Red) akan pulang, tapi ternyata dia pulang di hari Rabu,” ucapnya terbata menahan sedih.
Peraih IPK 3, 45 dengan prediket sangat memuaskan itu hanya berdua bersaudara perempuan. Kakaknya, satu perempuan dan tiga laki-laki. Tapi dari seluruh itu, hanya dia yang menamatkan pendidikan hingga menjadi sarjana. “Anak perempuan saya, Siska dan satu kakaknya yang di hari ketiga kepergian Siska melahirkan anak perempuan. Semoga cucu saya menjadi pewaris Siska,” ucapnya yang terakhir bersua sang putri satu bulan sebelum kepergiannya ke Gunung Marapi.
Akan halnya, Frengki, dia adalah sulung dari dua bersaudara. Pemuda yang hafiz AlQuran itu menurut penuturan sang ayah, Jumrizal adalah anak yang penurut dan cenderung pendiam, tidak banyak bicara. Dulu diingat pria yang sehari-hari bekerja di Kebun Sawit itu, sang putra pernah bercita-cita menjadi tentara. Namun, tingginya tak mencukupi, sehingga harapan itu tak pernah kesampaian. Tapi, Frengki bersungguh-sungguh kuliah di UNP dan lulus dengan IPK 3,43 atau prediket sangat memuaskan.
Rektor UNP, Prof. Ganefri, PhD., dan seluruh civitas akademika juga berduka. Bahkan, saat wisuda kemarin, rektor mengambil bingkai foto kedua lulusan dan memperlihatkan kepada seluruh hadirin. Raut kesedihan juga terlihat dari wajah orang nomor satu di kampus itu, bahkan saat menyampaikan duka dan doanya di podium, Ganefri terbata dan tak kuasa menahan kesedihan pula.
Di UNP, ada enam orang yang menjadi korban erupsi. Selain kedua lulusan yang wisuda kemarin, juga ada dua mahasiswa baru, yaitu Reyhana Zahra Fadli, mahasiswa baru Prodi S1 Keperawatan dan Liarni, mahasiswa baru Prodi S1 Tata Rias dan Kecantikan FPP. Ibunda Reyhana yang kemarin juga hadir bahkan nyaris pingsan. Dua lainnya adalah alumni. Mereka adalah Nurfa Afitri, alumni Teknik Elektronika FT angkatan 2015 dan Bripda Muhammad Iqbal, alumni Prodi S1 Geografi FIS yang juga anggota Kepolisian Polda Sumbar.
Keempat orang tua mahasiswa aktif itu kemarin turut hadir di prosesi wisuda untuk menghadiri penyerahan santunan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar dan Lembaga Asuransi Syariah. Santunan diserahkan Kepala Konservasi Wilayah II BKSDA Sumbar, Eka Damayanti di hadapan wisudawan/wisudawati, orang tua, dan seluruh civitas akademika UNP. “Sesuai dengan yang sudah direncanakan, alhamdullilah hari ini sudah terselenggara penyampaian santunan dari KLHK Direktorat Jenderal KSDAE, khususnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatra Barat untuk korban erupsi Gunung Marapi yang meninggal dunia dan tercatat sebagai mahasiswa di UNP,” katanya.
Penyerahan santunan menurutnya, sesuai dengan kriteria atau kategori korban. Untuk yang wafat, santunan yang diberikan sebesar Rp10 juta per orangnya. Santunan itu berasal dari asuransi sebesar Rp8 juta dan keluarga besar BKSDA Rp2 juta. Sedangkan santunan untuk luka berat dan dirawat Rp7.250.000 dari asuransi dan dari BKSDA Sumbar Rp7.250.000 atau Rp15.500.000 per orang. “Jadi lebih besar dari pada yang wafat, karena proses pengobatan tentu lebih banyak membutuhkan biaya,” sebutnya.
Secara total, santunan yang sudah diserahkan dari asuransi mencapai Rp243 juta dan dari BKSDA Sumbar Rp104 juta. (yuni)
Tayang di koran singgalang |
Tonton link ini juga ya..
https://youtube.com/shorts/XiEV9uU83r4?si=Hawc_Eq6Wo_t1yER
Komentar
Posting Komentar