Tangis Pilu dan Deraian Air Mata Iringi Kepergian Kopda Hendrianto
"Mama ga kuat, Pa!" teriak Feni Anggraini, isteri Kopda Hendrianto sambil memeluk peti jenazah suaminya di aula Makorem 032/Wirabraja di Jalan Sudirman, Padang, Sumatra Barat, Rabu (27/12) pagi.
Dia menangis histeris, sambil terus memanggil suaminya itu. Kemudian, dia berkata lagi. "Pa, Mama akan jadi mama sekaligus Papa untuk anak kita," ucapnya terbata dengan air mata yang terus mengalir.
Parau suaranya! Kemudian histeris lagi, menangis sambil terus memanggil-manggil suaminya.
Bahkan, dia nyaris pingsan. Beberapa Ibu Persit yang ada di sekitarnya memegangi tubuh perempuan muda itu agar tak jatuh ke lantai.
Dua putrinya, Gisel Humairoh Hendriani (8) dan Gauri Salsabila Hendriani (6) juga tergugu di samping jenazah yang petinya dibungkus bendera Indonesia. Gisel si putri sulung, tampak lebih histeris dibanding adiknya, Gauri yang terlihat lebih banyak terdiam, meski air mata juga terus mengalir di wajahnya yang imut.
Di samping keluarga kecil ini, kedua orang tua Kopda Hendrianto, Yusnimar dan Jaspar juga terlihat sangat-sangat terpukul atas kepergian Hendrianto yang gugur saat bertugas menjaga perbatasan RI dengan Papua Nugini di Papua Barat Daya.
Dia tewas akibat berondongan senjata api oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang menyerang Posko Satgas Yonif 133/Yudha Sakti Posko Bousha di Jalan Kampung Bousha Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya, pada pukul 14.00 WIB, Senin (25/12) lalu.
Kepala Yusnimar dan Jaspar terkulai lemah di peti jenazah putranya. Seperti hilang tenaga keduanya atas kepergian putra tercinta.
Jaspar yang tak kalah nelangsa dengan sang isteri, berupaya tegar. Dia terus memegang tubuh isterinya yang tampak terus terkulai, tak berdaya. Benar-benar sedih!
Semua yang hadir berduka, turut larut dalam kesedihan atas wafatnya kelahiran Koto Dian, 2 Juni 1987 itu. Air mata tak bisa terbendung, menetes deras di pipi. Ibu Persit dan hadirin yang hadir berurai air mata, bahkan ada satu orang yang nyaris pingsan saking sedihnya. Beberapa tentara gagah juga tampak mengusap matanya yang berkaca-kaca.
Komandan Korem (Danrem) 032/Wirabraja, Brigjen TNI Rayen Obersyl juga berduka. Rona kesedihan terlihat jelas di wajahnya. Tapi, dia terus menghibur dan menyabarkan isteri Hendrianto yang terus histeris di samping jenazah.
Danrem kemarin juga didampingi Gubernur Sumbar, H. Mahyeldi Ansharullah, Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono, Danlantamal ll Padang Laksma TNI Benny Febri, M.M., M. Tr., Danlanud, dan lainnya. Para petinggi ini terlihat bergantian memeluk orang tua prajurit Batalyon 133/Yudha Sakti itu sambil terus menyemangati keduanya. Menyabarkan atas musibah yang menimpa mereka.
Saat upacara militer melepas kepergian Kopda Hendrianto keperistirahatannya yang terakhir di Kabupaten Kerinci di halaman Makorem, isterinya didorong dengan kursi roda. Sementara, kedua orang tua dan anaknya dituntun oleh keluarga dan para ibu Persit.
Berlangsung khidmat
Upacara melepas pria asal Dusun Koto Dian, Kecamatan Hamparan Rawang, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi ini berlangsung khidmat dengan inspektur upacara Gubernur Sumbar, H. Mahyeldi Ansharullah.
Gubernur menyampaikan duka mendalam atas kepergian pria yang memulai karir militernya pada 29 Desember 2009 tersebut. Untuk itu, dia mengajak semua yang hadir dan mengenal almarhum agar mendoakan peraih Satya Lencana Kesetiaan VIII Tahun itu agar mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah SWT. "Kepada keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberi kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi musibah dan cobaan ini," pesannya.
Usai upacara militer, jenazah pria yang juga pernah tugas operasi di Pamtahwan Maluku tahun 2011, dan perbatasan RI dengan Malaysia tahun 2013 dan 2020 serta perbatasan RI-PNG tahun 2015 ini langsung dibawa dengan ambulance ke kampung halamannya. Danrem dan sejumlah jajarannya turut mengantar hingga ke sana.
Kopda Hendrianto sendiri menjadi salah seorang Satgas Pamtas RI-PNG wilayah Papua Barat Daya bersama ratusan prajurit Batalyon 133/YS sejak 24 Maret 2023 lalu. Saat itu, ada 400 personil yang berangkat ke sana. Di Papua Barat Daya, mereka dibagi 13 posko yang masing-masing beranggotakan sekitar 24 hingga 26 orang. Posko terdekat ke Sorong menempuh perjalanan lima jam jalan darat. "Mereka dinas di sana selama 12 bulan. Artinya, akan kembali lagi ke kesatuan pada Maret 2024," sebut Danrem.
Sebelum disemayamkan dan dilepas secara militer di Makorem 032/WBR, jenazah peraih Satya Lencana Dharma Nusa dan Wira Dharma ini juga disambut secara militer di Terminal Kargo Bandara Internasional Minangkabau setelah turun dari sebuah pesawat komersil.
Menurut Danrem, Kopda Hendrianto semasa hidupnya dikenal sebagai prajurit yang baik, patuh, dan taat serta tekun dalam melaksanakan tugas. Jadi tidak salah, dia berhasil mendapatkan beberapa tanda penghargaan yang patut diteladani.
Atas gugurnya di medan tugas, Kopda Hendrianto juga akan mendapatkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa satu tingkat. Kenaikan pangkat ini disampaikan Danrem sebagai bentuk penghargaan kepada para prajurit yang gugur di medan pertempuran.
Sebelumnya Danrem juga mengutuk keras tindakan KKB yang juga melukai satu anggota Batalyon 133/YS lainnya, Pratu Verengki Iman Setia Gulo. Tindakan tersebut menurutnya telah menciderai kesucian Hari Natal, hari yang mulia bagi umat Nasrani. (YUNI)
Komentar
Posting Komentar